Borong Oreo 110th Birthday Celebration di Alfamart, Hadiah Lomba Makan Kerupuk Agustusan

Putri saya yang berusia 2,5 tahun buru-buru beranjak dari tempat duduknya setelah melihat perlombaan agustusan di sekolah TK dekat rumah. Dengan bahasa yang belum terlalu jelas, ia meminta saya untuk mengambilkan kerupuk yang masih tergantung tali di antara tiang sekolah.

“Upuk bah. Upuk. Nina mam upuk,” begitu katanya sambil merengek dan menggandeng tangan saya agar segera berdiri.

Saya tersenyum melihat tingkah lucunya. Ia ingin merasakan kemeriahan lomba agustusan dengan makan kerupuk. Meski tidak ikut lomba betulan.

Nina Saat Lomba Makan Kerupuk Agustusan (Dok. Pribadi)

“Nina mau kerupuk? Nanti Abah belikan ya. Kalau kakak-kakak ini sedang ikut lomba. Kita nonton saja. Okey?” kataku.

“Key,” jawabnya lirih.

Setelah acara perlombaan selesai, saya ajak Nina pulang ke rumah. Tak lupa mampir di warung tetangga untuk membeli kerupuk, tali rafia, dan ornamen bendera merah-putih. Baru sampai di pintu masuk toko, Nina sudah menunjuk-nunjuk kaleng kerupuk putih yang digantung di tembok. Ia tersenyum kegirangan dan mengepalkan telapak tangan sembari menggoyangkannya.

Setelah membayar beberapa kerupuk di kasir, kami akhirnya pulang sambil menenteng kresek belanjaan. Sesampai di rumah segera kupasang tali rafia di antara tiang sebagaimana sekolah TK tadi. Dua tali kubiarkan menjulur ke bawah agar bisa mengikat kerupuk.

Nina sudah siap mengikuti lomba makan kerupuk ala-ala agustusan. Awalnya ia malu untuk menirukan gaya anak-anak TK makan kerupuk yang dibiliangnya mirip ikan. Tapi lama-lama ia asyik dan menikmati suasananya.

Gaya Keseruan Nina Menggigit Kerupuk (Dok. Pribadi)

Kerupuk yang ada ditarik. Lalu dipukulnya dengan tangan. Lelah dengan itu semua, ia kemudian mencoba makan kerupuk dengan tangan ditaruh ke punggung. Sedikit demi sedikit kerupuk yang tergantung berkurang.

Sorak-sorai dari Abah dan Ibunya membuat Nina semakin bersemangat. Ia tertawa kegirangan dan menggigit kerupuk lagi. Setelah beberapa kali mengunyah, Nina mulai bosan. Belum juga kerupuknya habis, ia menagih hadiah seperti anak-anak TK.

“Abah, diyah…,” ujarnya mengeja kata ‘hadiah’ yang belum fasih.

Saya lupa menyiapkan hadiah untuk lomba makan kerupuk agustusan ala-ala ini. Kupikir Nina bakal lupa ternyata ia mengingat betul rangkaian lomba di TK tadi hingga penyerahan hadiahnya.

“Oh iya Abah lupa. Hadiahnya jajan ke Alfamart. Mau?,” jawabku.

“Ayo,” tanpa basa-basi dan drama nangis, Nina mengajak segera ke Alfamart.

Nina Kewalahan Memborong Oreo Kesukaan (Dok. Pribadi)

Seperti biasa Nina senang sekali kalau diajak ke Alfamart. Lokasinya tak jauh dari rumah dan dekat dengan Mushola. Ada tempat nongkrongnya pula di depan toko. Beberapa pedagang kaki lima juga berjejer di lokasi yang sudah disediakan pengelola. Tempatnya strategis karena berada di depan kantor kelurahan dan persis di pinggir tikungan perempatan.

Sesampai di Alfamart ia langsung menuju ke rak favoritnya. Oreo. Anak balita seusia Nina sedang senang-senangnya makan biskuit berbalut cokelat. Ia mengambil 4 bungkus Oreo hingga kewalahan membawanya. Pelukannya terlalu kecil untuk menenteng Oreo yang sudah terlanjur diambilnya itu.

Mbak kasir Alfamart tersenyum melihat kelakuan Nina. Ia bahkan mencubit pipi Nina beberapa kali saking gemesnya. Saya bilang ke Nina kalau Oreo itu harus dibayar ke kasir. Tut tut tut… Ia memberikan sendiri Oreo itu ke kasir agar bisa segera dibayar dan dibawa pulang.

Satu per satu Oreo yang dibawa Nina discan barcode-nya oleh Mbak Kasir. Pas sekali, saat kami borong Oreo ada promo Agustusan. Jadi, tiap bungkus Oreo yang kami beli mendapat diskon 47%. Harga yang tertera di rak Rp10.600,- per bungkus sedangkan yang kami bayar di kasir hanya Rp5000,-.

Mbak Kasir Menerima Oreo dari Tangan Nina (Dok. Pribadi)

“Pak ini karena masih promo harganya jadi separo ya,” kata Mbak Kasir.

“Oh ya Mbak silakan”

Setelah dihitung totalnya dan dibayar, kami bergegas pulang. Nina kugendong untuk mengalihkan perhatian dari mainan bulat-bulat mirip telur itu. Dengan santainya ia menggerakkan tangan ke arah Mbak Kasir yang mencubit pipinya tadi.

“Da da da da…,” ucapnya lucu.

Mbak Kasir yang mendengar suara Nina langsung merespon ucapan serupa sambil melambaikan tangan hingga bayangan kami terhalang oleh pintu kaca Alfamart. Untung tidak ada pelanggan lain yang sedang antri di depan kasir, bisa-bisa Abahnya malu.

Di kursi depan Alfamart tempat buat nongkrong, Nina minta duduk sebentar. Capek memborong Oreo katanya. Ia minta resek belanjaan kami dibuka dan dikeluarkan isinya.

“Abah. Maam,” begitu kodenya minta makan Oreo.

Nina Minta Bungkus Oreo Dibuka Tapi Belum Cuci Tangan (Dok. Pribadi)

“Maam-nya jangan di sini ya. Nanti kalau sudah sampai rumah, maam Oreo sambil mainan balon,” bujukku.

Saya ga memperbolehkan Nina makan di Alfamart karena belum cuci tangan. Kalau ibunya tahu Nina makan di luar dalam kondisi tangan belum bersih, wah bisa terjadi perang nuklir beneran. Buru-buru kumasukkan lagi Oreo ke kantong kresek, menggendong Nina, dan berjalan menuju arah rumah.

Sepanjang perjalanan pulang, Nina tampak bahagia dengan lagu andalannya la la la la la la la. Tak lupa ia menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan. Hari ini Oreo yang didapatnya lumayan banyak. Kejutan buat ibu yang ada di rumah.

Baru saja masuk pagar, Nina sudah meloncat ke dalam rumah untuk memamerkan Oreo yang dibawanya dari Alfamart. Sang ibu buru-buru menyuruh Nina cuci tangan untuk mengurangi penularan virus Covid-19 varian Omicron. Sejak pandemi merebak dua tahun lalu, cuci tangan menjadi bagian gaya hidup keluarga kami setelah melakukan berbagai aktivitas.

Setelah cuci tangan, Nina merengak minta dibukakan bungkus Oreo seperti janji saya sebelumnya. Ia sudah tak sabar melahap Oreo terutama cokelat bagian dalamnya. Rupanya semua Oreo yang diborong Nina merupakan varian spesial #UlangTahunOreo #WishOreo110. Produk baru itu bertema Birthday Cake Flavor dengan tampilan biskuit khas Oreo yang bertabur sprinkle berwarna-warni di dalamnya dan design lumayan menarik. Tagline Oreo ‘diputar, dijilat, dicelupin’ pun masih saya ingat sejak iklan ini muncul di Televisi waktu masih SD dulu.

Oreo Birthday Sprinkle Varian 110th (Dok. Pribadi)

Berarti cookies Oreo kesukaan saya dengan cream lezat yang melapisinya menurun ke Nina sekarang. Buah jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya. Abahnya suka Oreo, anaknya juga suka Oreo. Hehehe.

Camilan Oreo ini sangan populer di daerah saya pesisir Selatan Laut Jawa bagian timur. Di warung-warung minuman kekinian, campuran Oreo banyak yang dijadikan menu. Misalnya; Oreo Dalgona, Oreo Shake, Oreo latte, Mint coffee Oreo, Milshake Oreo Cokelat, Smoothies Oreo mangga, Oreo smoothies, Creamy Oreo oatmilk, Chocoreo cheese, Oreo blended cream, Cookies cream regal Oreo, dan masih banyak lagi.

Ini artinya Oreo mampu beradaptasi dengan segala zaman. Produknya tidak hanya dinikmati sebagai camilan tapi membuka lapangan pekerjaan bagi wirausahawan muda yang kreatif memanfaatkan peluang. Saya yakin jika ada survey keterlibatan Oreo dalam pertumbuhan ekonomi daerah, pasti persentasenya cukup tinggi. Hampir semua restoran dan kafe bertema milenial di daerah saya punya menu yang ada Oreo-nya.

Di Umur 110 tahun ini Oreo mampu bertahan dari segala merk baru yang menawarkan keunikan tersendiri. Menurut saya Oreo punya ciri khas yang tidak dimiliki oleh pesaing lain. Strategi marketing juga menyentuh langsung ke level masyarakat terbawah sebagaimana saya ceritakan sebelumnya.

Nina Ketiduran Sebelum Sempat Makan Oreo. Haha (Dok. Pribadi)

Hal inilah yang menjadi kekuatan Oreo dari gempuran globalisasi, predikat Oreo sebagai camilan keluarga sudah mendarah daging hingga turun temurun. Saya yakin Oreo akan tumbuh dan berkembang semakin menarik lagi sehingga dapat memberikan nuansa keceriaan di setiap serunya kegiatan kebersamaan.

Duh saya hampir lupa. Nina kemana?

Di ruang depan gak ada. Di ruang tamu juga gak ada. Gak mungkin ikut Ibunya masak di dapur. Apa iya diam-diam ke kamar mandi? Saya langsung berlari mengejarnya. Tak ada juga. Biasanya ada suara berisik ini senyap sekali.

Kutengok di kamarnya, eh ternyata Nina sudah tertidur pulas. Belum juga Oreo di tangannya tergigit, Nina sudah terlelap dalam mimpi indah. Mungkin saja ia kecapekan setelah saya ajak jalan-jalan sejak pagi melihat nuansa keramaian peringatan kemerdekaan Indonesia. Bertepatan dengan semaraknya ulang tahun Oreo ya.

Rosyid Bagus Ginanjar Habibi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Lepas dari Jerat Jahat Siber Berkat Literasi Digital

Wed Sep 14 , 2022
Mauli Ma’ruf, teman saya yang tinggal di kawasan Penjaringan Jakarta Utara tiba-tiba mengirim pesan di whatsapp. Ia kegirangan mendapat hadiah Rp 35 Juta dari BRI. Bagi dia yang seorang pekerja lepas, uang sebanyak itu adalah rejeki nomplok yang tak disangka-sangka datangnya. Rencananya, uang itu akan ia gunakan untuk biaya persalinan […]
error: Content is protected !!
FISCAL.ID